Modal Manusia : Pendidikan dan
Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi
(Tugas Pengantar Ekonomi Pembangunan)
Oleh :
(Kelompok 8)
1. Deni Firnando (1211021029)
2. Deo Aldy Nugroho (1211021031)
3. Wahyu Fajar Shiddiq (1211021125)
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013/2014
Kata Pengantar
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak
nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji
hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ” Modal Manusia : Pendidikan dan Kesehatan
dalam Pembangunan Ekonomi”.
Dalam penyusunannya, penulis
bekerjasama secara adil dan baik sehingga makalah ini bisa terselesaikan tepat
waktu. Dengan keseriusan penulis dalam
mengerjakan makalah ini dan di sertai sumber referensi yang jelas yaitu buku
Pembangunan Ekonomi yang di tulis oleh Michael p.Todaro Stephen c. Smith,
diharapkan makalah ini dapat berguna untuk menambah pemahaman kita semua
tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan untuk kesehjateraan suatu negara.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
1
BAB II Modal Manusia : Pendidikan dan Kesehatan dalam
Pembangunan
Ekonomi
2.1 Arti Penting Pendidikan
dan Kesehatan ........................................ 2
2.2 Berinvestasi dalam
Pendidikan dan Kesehatan: Pendekatan
Modal Manusia .............................................................................
3
2.3 Pekerja Anak ..................................................................................
4
2.4 Kesenjangan
Gender: Diskriminasi dalam Pendidikan dan
Kesehatan .......................................................................................
5
2.5 Sistem
Pendidikan dan Pembangunan ........................................... 6
2.6
Pengukuran dan distribusi Kesehatan
........................................... 10
2.7
Beban Penyakit ..............................................................................
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan .......................................................................................
14
3.2 Saran .............................................................................................
14
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di dalam suatu negara,
pembangunan ekonomi merupakan suatu kegiatan yang sangat vital dalam rangka
mencapai kesehjateraan masyarakat, kesehjateraan masyarakat tidak akan bergerak
atau tercapai jika tidak ada pembangunan ekonomi di negara tersebut, Oleh karena
itu suatu negara akan gencar melancarkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi
pada pembangunan ekonomi guna mensehjaterakan masyarakatnya.
Pembangunan ekonomi memiliki
cakupan yang sangat luas, di antaranya yaitu dengan cara membangun
infrastruktur di bidang transportasi, komunikasi, maupun industri, dimana
kegiatan-kegiatan tersebut akan mendorong majunya perekonomian. Tetapi ada dua
bidang yang sangat penting dalam konsep pembangunan ekonomi yaitu kesehatan dan
pendidikan, kesehatan dan pendidikan merupakan suatu investasi yang berharga
untuk pembangunan ekonomi di masa yang akan datang, untuk lebih jelasnya
mengapa pendidikan dan kesehatan menjadi penting dalam pembangunan ekonomi akan
penulis bahas lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan
penulis bahas kali ini adalah :
1. Apa arti penting
pendidikan dan kesehatan?
2. Apa hubungan antara
pendidikan dan kesehatan?
2. Mengapa pendidikan dan
kesehatan penting bagi pembangunan ekonomi
sebuah negara?
4. Permasalahan yang di
alami dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan
dan pendidikan masyarakat
BAB II
Modal Manusian: Pendidikan dan
Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi
Apa yang menentukan baik tidaknya sistem kesehatan?
dan bagaimana kita bisa mengetahui bahwa suatu sistem kesehatan telah berfungsi
dengan sebaik-baiknya? Semua pertanyaan ini meruppakan subjek dari perdebatan
publik di hampir semua negara di seluruh dunia.
2.1 Arti Penting
Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan
adalah tujuan pembangunan mendasar; Pendidikan dan kesehatan masing-masing juga
memiliki arti yang penting. Kesehatan sangat penting artinya bagi
kesehjateraan, dan pendidikan bersifat esensial bagi kehidupan yang memuaskan
dan berharga; Keduanya sangat fundamental dalam kaitanya dengan gagasan yang
lebih luas mengenai peningkatan kapabilitas manusia sebagai makna pembangunan
yang sesungguhnya.
Pada saat yang sama
pendidikan juga memainkan peran penting untuk meningkatkan kemampuan suatu
negara berkembang dalam menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas
bagi terwujudnya pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu
kesehatan adalah prasyarat bagi peningkatan produktivitas, dan pendidikan yang
berhasil juga bergantung pada kesehatan yang memadai. Dengan demikian Kesehatan
dan pendidikan juga dapat dipandang sebagai komponen
pertumbuhan dan pembangunan yang vital-sebagai input bagi fungsi produksi
agregat.
Meningkatkan pendidikan dan
kesehatan merupakan suatu tantangan yang besar bagi negara-negara berkembang
Distribusi kesehatan dan pendidikan di suatu negara sama pentingnya dengan
distribusi pendapatan; tingkat kehidupan mungkin lebih tinggi bagi orang-orang
yang lebih beruntung di negara berkembang, tetapi jauh lebih rendah di kalangan
orang-orang miskin.
2.1.1
Pendidikan dan Kesehatan Sebagai Investasi Gabungan bagi
Pembangunan
Kesehatan dan pendidikan
berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi. Di satu sisi, modal kesehatan yang
semakin besar dapat meningkatkan pengembalian atas investasi di bidang
pendidikan, karena kesehatan merupakan faktor penting dalam kehadiran di
sekolah dan dalam proses pembelajaran formal seorang anak. Di sisi lain semakin
besarnya modal pendidikan dapat meningkatkan pengembalian atas inviestasi di
bidang kesehatan, karena banyak program kesehatan yang bergantung pada
pendidikan.
2.1.2
Peningkatan Kesehatan dan Pendidikan : Mengapa Peningkatan
Pendapatan Saja Tidak Cukup
Tingkat kesehatan dan
pendidikan jauh lebih tinggi di negara-negara berpendapatan tinggi. Dengan pendapatan yang lebih tinggi maka
warga dan pemerintah dapat mengeluarkan dana yang lebih besar untuk kepentingan
pendidikan dan kesehatan , dan dengan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik
produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi akan lebih mudah di capai. Karena adanya hubungan ini maka kenijakan
pembangunan perlu difokuskan pada pendapatan, kesehatan, dan pendidikan secara
bersamaan. Orang-orang umumnya akan mengeluarkan dana lebih besar bagi modal
manusia jika pendapatan lebih tinggi.
2.2 Berinvestasi dalam Pendidikan dan Kesehatan: Pendekatan
Modal Manusia
Modal manusia adalah istilah yang sering digunakan
para ekonom untuk mengacu pada pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia
lainya yang jika di tingkatkan dapat meningkatkan produktivitas. Investasi di bidang modal manusia ini
dianalogikan seperti investasi konvensional dalam modal fisik. Setelah dilakukan investasi awal, aliran
pendapatan yang lebih tinggi di masa yang akan datang dapat diperoleh dari
perluasan pendidikan dan peningkatan kesehatan.
Pendidikan dan kesehatan juga berkontribusi langsung terhadap
kesehjateraan. Sebagai contoh, kesehatan
dan pendidikan meningkatkan pemberdayaan
dan kemandirian dalam hal-hal penting kehidupan, seperti kapasitas untuk
terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, mengambil keputusan atas perawatan
kesehatan untuk diri sendiri, dan kebebasan untuk memilih sendiri pasangan
hidup ketimbang di jodohkan keluarga.
2.3 Pekerja Anak
Pekerja anak merupakan masalah yang tersebar luas di
negara-negara berkembang. Jika seorang
anak berusia di bawah 15 tahun bekerja, sekolah mereka akan terganggu dan dalam
hampir semua kasus bahkan tidak bersekolah sama sekali. Keadaan itu makin menggenaskan karena
kesehatan anak-anak yang bekerja itu sangat buruk, bahkan dalam status mereka
yang miskin ternyata kesehatan mereka lebih buruk di bandingkan dengan
anak-anak miskin yang tidak bekerja, dan umumnya pertumbuhan fisik mereka
terhambat.
Terdapat empat pendekatan utama dalam kebijakan
pekerja anak yang sekarang di terapkan dalam perumusan kebijakan
pembangunan.
1. Menyadari bahwa pekerja
anak merupakan cerminan kemiskinan, sehingga
merekomendasikan fokus pada
upaya penanggulangan kemiskinan ketimbang langsung menangani masalah pekerja
anak.
2. Mengedepankan strategi
yang dapat menarik anak-anak kesekolah, yang
mencakup perluasan pengadaan
unit sekolah baru, dan bantuan tunai bersyarat.
3. pekerja
anak tidak dapat dihindari, setidaknya dalam jangka pendek
mengedepankan
pada cara-cara yang dapat meringankannya seperti melalui pengaturan yang dapat
mencegah penganiayaan dan penyediaan layanan pendukung bagi anak-anak yang
bekerja.
4.
Pendekatan keempat, yang paling sering diasosiasikan dengan ILO,
mendukung
pelarangan pekerja anak. Akan tetapi, jika larangan pekerja anak tidak mungkin
dilakukan dan ada kesadaran bahwa pekerja anak tidak selamanya timbul karena
masalah ekuilibrium jamak, pendekatan ini dilinakkan dengan hanya melarang
bentuk pekerja anak yang paling buruk.
2.4 Kesenjangan
Gender: Diskriminasi dalam Pendidikan dan
Kesehatan
Pendidikan dan gender
di kebanyakan Negara berkembang, perempuan muda menerima pendidikan yang lebih
sedikit disbandingkan dengan laki-laki muda. Sebagian besar orang yang buta
aksara dan yang tidak bersekolah di Negara-negara berkembang adalah perempuan.
Kesenjangan gender dalam pendidikan yang sangat besar terjadi di Negara-negara
kurang berkembang di Afrika, dengan tingkat melek aksara perempuan nya kurang
dari setengah tingkat. Dihapir semua Negara berpendapatan rendah dan banyak
Negara berpendapatan menengah, mahasiswa perempuan menjadi minoritas –
adakalanya bahkan minoritas berjumlah kecil. Bukti empiris menunjukkan bahwa
diskriminasi pendidikan terhadap perempuan selain menghambat pembangunan
ekonomi juga memperbesar ketimpangan sosisal. Upaya untuk memperkecil kesenjangan
gender dalam kaum perempuan – merupakan tonggak Millenium Development Goal –
secara ekonomi diinginkan karena sedikitnya tiga alasan berikut:
1. Dihampir
semua Negara berkembang, tingkat pengembalian atas pendidikan perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki.
2. Peningkatan
pendidikan perempuan tidak hanya mempertinggi produktivuitas mereka di tempat
kerja tetapi juga menghasilkan partisipasi angkatan kerja yang lebih besar,
penundaan pernikahan, penundaan tingkat fertilitasd, serta peningkatan dan
asupan nutrisi anak sehinggan akan
memberikan manfaat bagi generasi berikutnya.
3. Karena
perempuan memikul beban kemiskinan yang lebih berat, setiap peningkatan peran
dan status mereka secara signifikan melalui pendidikan dapat menimbulkan dampak
penting terhadap usaha keluar dari lingkungan setan kemiskinan dan pendidikan
yang tidak memadai.
Kesehatan dan gender anak-anak
perempuan juga mengalami diskriminasi dalam perawatan kesehatan dibanyak Negara
berkembang. Sebagai contoh , di Asia
Selatan, sejumlah studi menunjukkan bahwa keluarga jauh lebih mungkin
membawa anak laki-laki yang sakit ke pusat pelayanan kesehatan dibandingkan
dengan anak perempuan. Perempuan juga sering kali mengalami penyangkalan hak
reproduksi, baik secara legal maupun illegal. Umumnya, pengeluaran bagi
keperluan kesehatan sering kali jauh lebih besar bagi laki-laki daripada bagi
perempuan. Selain itu, di banyak Negara seperti Nigeria, pengambilan keputusan
perawatan kesehatan yang memengaruhi istri sering kali diputuskan oleh suami.
2.4.1 Konsekuensi Bias Gender dalam Pendidikan dan
Kesehatan
Berbagai
studi dari seluruh Negara berkembang secara konsisten menunjukan bahwa
perluasan kesempatan mamperoleh pendidikan dasar bagi anak-anak perempuan
menunjukkan tingkat pengembalian investasi tertinggi dibandingkan dengan
investasi di bidang lainnya. Sebuah perkiraan menunjukkan bahwa biaya global
dari kegagalan karena tidak mendidik anak-anak perempuan adalah sekitar $82 miliar tahun. Inilah salah satu alasan
mengapa diskriminasi terhadap anak-anak perempuan dalam pendidikan bukan hanya
tidak adil tetapi juga sangat merugikan dari sudut pandang upaya mencapai
tujuan pembangunan.
Pendidikan
anak-anak perempuan juga telah terbukti menjadi salah satu sarana paling
efektif untuk meningkatkan standar kesehatan penduduk local. Sejumlah studi
yang dilakukan perserikatan bangsa-bangsa, bank dunia,dan sejumlah lembaga
lainnya telah menyipulkan bahwa manfaat sosial dari meningkatnya pendidikan
anak-anak perempuan itu sendiri sudah lebih dari cukup untuk menutup biaya yang
dikeluarkan bahkan sebelum memperhitungkan kemampuan untuk memperoleh
penghasilan yang dapat dihasilkan dari pendidikan ini. Buruknya akses perolehan
pendidikan dan perawatan kesehatan bagi anak-anak perempuan menunjukkan saling
terkaitnya insentif ekonomi dan lingkungan budaya. Di banyak bagian asia,
seorang anak laki-laki dipandang memberikan manfaat ekonomi masa depan,
beberapa studi empiris menunjukkan apa yang telah kita duga dari insentif yang
salah ini: para orang tua melakukan upaya lebih untuk menyelamatkan nyawa anak
laki-lakinya daripada anak perempuan, dan anak perempuan kurang mendapat
pendidikan dibandingkan dengan anak laki-laki.
2.5 Sistem Pendidikan
dan Pembangunan
Banya
literatur dan diskusi publik mengenai pendidikan dan pembangunan ekonomi
terutama pendidikan dan kesempatan kerja. Hal tersebut melibatkan dua proses
ekonomi mendasar: (1) interaksi antara permintaan bermotif ekonomi dan respons
penawaran bermotif politik dalam menentukan jumlah sekolah itu dan apa jenis pelajaran
yang mereka terima serta (2) perbedaan penting antara manfaat dan biaya
sosial/pribadi dari berbagai tingkat pendidikan, serta implikasi semua
perbedaan manfaat dan biaya itu terhadap strategi investasi pendidikan.
2.5.1 Ekonomi Politik Penawaran dan Permintaaan
Pendidikan: Hubungan
antara Kesempatan Kerja dan permintaan atas Pendidikan
Tingkat
pendidikan yang diperoleh seseorang meskipun dipengaruhi oleh banyak factor
nonpasar, secara umum dapat dipandang sebagai hasil yang ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran seperti
komoditas dan jasa lainnya. Pada sisi permintaan, dua factor utama yang
memengaruhi tingkat pendidikkan yang diinginkan adalah (1) prospek pelajar yang
lebih berpendidikan untuk menghasilkan pendapatan lebih besar melalui
pendidikan, langsung maupun tidak langsung, yang harus ditanggung seorang
peserta didik atau keluarganya. Permintaan turun adalah permintaan atas suatu
barang yang muncul secara tidak langsung dari permintaan atas barang lainnya.
Permintaan atas tingkat pendidikan yang cukup bagi seseorang untuk memperoleh
pekerjaan sector modern tampaknya berkaitan dengan atau pendapatan,
probabilitas, biaya langsung pendidikan, dan biaya tidak langsung atau biaya
oportunitas pendidikan. Manfaaat sosial pendidikan adalah manfaat yang
diperoleh dari orang-orang berpendidikan mencakup juga manfaat yang diperoleh
orang lain atau bahkan masyarakat secara keseluruhan, seperti manfaat lebih
banyaknya tenaga kerja dan waga masyarakat yang melek aksara. Sertifikasi
pendidikan adalah fenomena yang menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan tertentu
mensyaratkan tingkat pendidikan tertentu
2.5.2 Manfaat dan Biaya Sosial Versus Manfaat dan Biaya
Pribadi
Biaya
sosial pendidikan adalah biaya yang ditanggung individu dan masyarakat dari
keputusan pendidikan secara pribadi,
mencakup juga subsidi pemerintah untuk pendidikan. Biaya pribadi adalah biaya
yang ditanggung setiap unit ekonomi individual. Semakin lebarnya kesenjangan
antara biaya sosial dan biaya pribadi dahkan menimbulkan dorongan permintaan
lebih besar terhadap pendidikan tinggi dibandingkan pada tingkat-tingkat
pendidikan yang lebih rendah. untuk memaksimalkan selisih antara manfaat dan
biaya yang diharapkan, strategi optimal yang perlu dilakukan peserta didik adalah
mendapatkan pendidikan detinggi mungkin. Pada umumnya, masalah manfaan biaya
sosial versus pribadi terjadi karena adanya intervensi kebijakan publik dan
swasta yang tidak tepat terkait dengan
selisih upah, selektivitas pendidikan, dan penetapan harga layanan
pendidikan.
2.5.3 Pendidikan,
Ketimpangan, dan Kemiskinan
Sejumlah
studi juga telah menunjukkan bahwa, kebalikan dari apa yang semula diasumsikan,
system pendidikan di banyak Negara berkembang adakalanya justru memperlebar
ketimpangan pendapatan ketimbang memperkecilnya. Alasan utama dari akibat buruk
prndidikan formal terhadap distribusi pendapatan adalah adanya korelasi positif
antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan selama hidup. Singkatnya,
kalau orang-orang miskin tidak dapat memanfaatkan kesempatan mengikuti
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi karena alasan keuangan atau alasan
lain, maka system pendidikan sebenarnya hanya melanggengkan dan bahkan
memperbesar ketimpangan dalam suatu generasi dan antargenerasi di Negara-negara
berkembang.
2.5.4 Pendidikan,
Migrasi Internal, dan Pengurasan Intelektual
Tampaknya
pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi migrasi desa-kota. Pada
dasarnya, orang-orang yang berpendidikan lebih tinggi menghadapi selisih
pendapatan rill desa-kota yang lebih besar dan memiliki probabilitas yang lebih
tinggi untuk mendapatkan pekerjaan di sektor modern daripada mereka yang
berpendidikan rendah. Pendidikan juga memainkan peran yang sangat penting dalam
migrasi internasional di kalangan pekerja berpendidikan tinggi yang disebut
pengurasan intelektual. Migrasi Internasional banyak terjadi dikalangan ilmuan,
sarjana teknik, akademisi, dan dokter, kebanyakan dididik di negara
masing-masing dengan biaya sosial yang cukup besar, hanya untuk meraup manfaat
dari dan berkontribusi bagi kemajuan pertumbuhan ekonomi negara-negara yang
sebenarnya sudah makmur. Secara luas pengurasan intelektual telah mengalihkan
perhatian para ilmuan, dokter, arsitek, sarjana an lain-lain.
2.6 Pengukuran dan distribusi Kesehatan
Ukuran
harapan hidup memiliki kelebihan karena datanya tersedia di hampir semua
negara, minimal berupa data perkiraan. Harapan hidup semakin meningkat di
hampir semua wilayah dunia, peningkatan harapan hidup bisa memberikan masa
vitalitas yang lebih lama di sebuah negara, sementara hanya menambah lama masa
penderitaan karena kesehatan yang buruk di negara lainnya. Terdapat kemajuan
yang telah dicapai berkenaan dengan upaya menurunkan tingkat mortalitas di
bawah usia 5 tahun, meskipun laju peningkatannya telah melambat sejak tahun
1990. Worl Health Organization (WHO) adalah
salah satu badan penting dari perserikatan bangsa-bangsa yang menangani masalah
kesehatan dunia, mendefinisikan kesehatan sebagai “ suatu keadaan yang
benar-benar sejahtera secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan”. Pendekatan ini dapat memberikan kita
landasan konseptual yang lebih baik, tetapi tidak dengan sendirinya menyediakan
ukuran yang lebih tepat. Ada keraguan mengenai kualitas data yang digunakan
dalam kedua ukuran ini, khususnya data dari beberapa negara paling miskin.
Kematian prematur mewakili dua pertiga angka kematian dalam ukuran DALY, dan
sisa sepertiganya difabilitas. Dengan menggunakan ukuran DALY, sebuah study
Bank Dunia menghitung bahwa sekitar seperempat beban penyakit dunia adalah karena
diare, penyakit masa kanak-kanak meliputi campak, infeksi pernapasan, infeksi
cacing parasit dan lain-lain. Meskipun demikian, tingkat kesehatan rata-rata
dapat menutupi adanya ketimpangan yang besar. Dengan demikian, seperti halnya
dengan tingkat pendapatan dan pendidikan, hal yang penting di sini adalah
distribusi kesehatan di kalangan penduduk, bukan sekedar ukuran rata-rata. Proporsi anak-anak di bawah usia 5 tahun yang
berat badannya kurang jauh lebih tinggi di kelompok kuintil yang lebih tinggi miskin
daripada kuintil yang lebih kaya, terutama di Asia Selatan dan Afrika
sub-Sahara. Ketimpangan kesehatan merupakan pola yang konsisten, terlepas dari
ukuran kesehatan yang digunakan. Fasilitas kesehatan juga sangat timpang,
bahkan jika disediakan oleh pemerintah ketimbang diadakan oleh swasta.
Fasilitas kesehatan yang berkualitas
lebih baik terkonsentrasi di kawasan perkotaan dan kawasan yang lebih
kaya, tempat kehidupan orang-orang yang lebih kaya memiliki pengaruh politik
untuk mendapatkan fasilitas seperti itu. Meskipun tersedia klinik umum bagi
kaum miskin di kawasan pedesaan, umumnya klinik ini kurang memiliki peralatan
dan tenaga medis yang memadai.
2.7 Beban Penyakit
AIDS,
malaria, dan parasit adalah tiga masalah utama yang akan kita bahas selanjutnya.
Semua jenis penyakit tersebut dan berbagai tantangan kesehatan dihadapi oleh
negara-negara berkembang. Ini berarti bahwa proporsi kematian di bawah usia 5
tahun mencapai lebih dari 14% dari semua kematian di dunia. Karena penyebab
hampir semua kematian anak-anak ini dapat dicegah hanya dengan beberapa sen
dolar saja per anak, maka sangat tepat jika dinyatakan bahwa penyakit yang
sesungguhnya adalah kemiskinan. Sekurangnya di selusin negara Afrika
sub-sahara, seorang anak lebih mungkin meniggal sebelum mencapai usia 5 tahun
dibandingkan dengan kemungkinannya mengikuti sekolah menengah. Harapan hidup
pada saat lahir di wilayah ini hanya 50 tahun, sebagian besar karena dampak
epidemi AIDS. Beberapa jenis penyakit
akan sangat mematikan jika berkombinasi dengan penyakit lainnya. Malnutrisi
adalah sebuah bentuk penyakit, dan hal ini merupakan faktor utama yang
menyebabkan anak-anak mudah terkena penyakit dan kemudian meniggall. Meskipun
dalam surat keterangan kematian dicantumkan penyebabnya adalah dehidrasi karena
dieare atau penyakit infeksi tertentu, dalam banyak kasus kematian itu
sebenarnya dapat dicegah jika si anak tidak mengalami malnutrisi. Interaksi
penting yang mematikan adalah antara AIDS dan tuberkulosis. Tidak terkendalimya
salah satu penyakit ini dapat berakibat fatal. Selain itu, penyebaran HIV
tampaknya makin dipercepat oleh keberadaan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual, yang mempermudah terjadinya sebuah virus.
2.7.1 HIV/AIDS
Epidemi
AIDS mengancam untuk menghentikan atau bahkan membalikkan pencapain kemajuan
pembangunan ekonomi dan manusia telah diupayakan sedemikian lama di banyak
negara. Data menunjukkan bahwa jumlah penularan baru telah menurun dengan
mantab dalam abad baru. Ini merupakan pencapaian kesehatan global yang
mengagumkan, tetapi masih ada tantangan yang sangat besar. AIDS juga merupakan
isu pembangunan ekonomi. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalh tahap
akhir dan fatal dari penularan human immunodeficiency (HIV). Di negara-negara
yang berpendapatan rendah, rata-rata kemungkinan bertahan hidup setelah
munculnya gejala AIDS adalah dibawah satu tahun. Semula AIDS dipandang sebagai
penyakit di negara-negara maju, terutama menjangkiti laki-laki yang berhubungan
seksual dengan sesama laki-laki. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa lebih
dari 95% kasus HIV dan kematian karena AIDS terjadi di negara-negara
berkembang. Pada tahun 2009, sekitar 33 juta orang mengidap HIV di seluruh
dunia dan kurang lebih 22 juta dari jumlah itu terdapat di Afrika sub-Sahara.
2.7.2 Malaria
Malaria
secara langsung telah mneyebabkan kematian lebih dari 1juta orang setiap tahun,
yang sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dari keluarga miskin afrika.
Meskipun ada kontroversial, ada bukti bahwa malaria telah menimbulkan biaya
cukup besar. Malaria memperendah produktivitas, seperti halnya malnutrisi,
parasit, dan masalah kesehatan lainnya. Malaria bahkan memperendah tingkat
pertumbuhan. Dengan adanya dana yang memadai, para pakar percaya bahwa dalam
tempo yang tidak terlalu lama akan ditemukan vaksin malaria yang efektif. Akan tetapi, karena korban malaria cenderung
berasal dari negara-negara berpendapatan rendah dan tidak mampu membeli
obat-obatan yang mahal, tidak banyak insentif yang tersedia bagi
perusahaan-perusahaan farmasi untuk menekankan penelitian bidang ini. Vaksin
untuk penyakit lainnya telah menyelamatkan nyawa banyak anak di negara
berkembang. Ada sejumlah penyakit lainnya yang dapat dikendalikan oleh vaksin
dan melibatkan masalah-masalah teknis yang tidak lebih sulit dibandingkan
vaksin bagi penyakit lain yang sebelumnya telah dikembangkan. Apabila
masalah-masalah seperti itu dapat diatasi, mungkin akan diperoleh vaksin
sebagai solusi terbaik untuk mengobati penyakit malaria dan banyak penyakit
tropis lainnya.
2.7.3 Cacing Parasit
dan “ Penyakit Tropis Terabaikan” Lainnya
Banyak
tantangan kesehatan di negara-negara berkembang yang telah mendapatkan
perhatian besar belakangan ini, yang ditandai dengan peran sentral dari Global
Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, dan Malaria yang didanai dengan cukup baik.
Insiden penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit yang melemahkan tubuh ini
sangat banyak, menjangkiti sekitar 2 miliar orang, 300 juta diantaranya
menderita parah. Di antara banyak penyakit parasit yang menyerang orang-orang
di negara berkembang, schistosomiasis adalah yang terburuk dalam kaitannya
dengan dampaknya terhadap manusia pembangunan. WHO malaporkan bahwa akibat
schistosmiasis terhadap pertumbuhan anak sebenarnya dapat dibalikkan 90% dengan
perawatan yang efektif, tetapi terlalu sering diabaikan. Penyakit lain yang
lama menghantui adalah trypanosomiasis Afrika, atau penyakit tidur, yang masih
menjangkiti beberapa ratusan ribu orang di Afrika sub Sahara. Fakta paling
tragis adalah karena penyakit ini bersifat endemis di kawasan yang minim
fasilitas kesehatannya, sehingga kebanyakan orang yang yang terjangkit penyakit
tidur ini telah meniggal bahkan sebelum didiagnosis. Penyakit ini sekarang
sedang di tanggulangi dengan obat-obatan yang disumbangkan sebuah perusahaan
farmasi kepada sejumlah organisasi internasional.
BAB
III
Penutup
3.1 Simpulan
Dari
pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa ada keterkaitan yang sangat erat
antara pembangunan ekonomi, kesehatan masyarakat, dan pendidikan, dimana ketiga
hal tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan lainya. Kesehatan dan
pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar, karena kesehjateraan
masyarakat di suatu negara bisa dilihat dari kualitas kesehatan masyarakat di
negara tersebut dan juga tingkat pendidikan masyarakatnya.
Dan
di antara kesehatan dan pendidikan juga memiliki hubungan saling
ketergantungan, yaitu: kesehatan bisa menunjang lancarnya mengikuti suatu
pendidikan dan pendidikan juga mendorong semakin majunya ilmu tentang
kesehatan, sehingga kesehatan akan memaksimalkan pendidikan dan pendidikan akan
memaksimalkan kesehatan, dan keduanya akan menjadi modal manusia untuk
membangun perekonomian yang labih baik dan maju.
3.2 Saran
Dalam
rangka pembangunan ekonomi, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan
pentingnya kesehatan dan pendidikan, dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan kesehatan maupun pendidikan, dalam bidang kesehatan bisa
dengan cara memberikan bantuan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu,
sehingga masyarakat miskin yang sakit bisa mendapat pengobatan yang layak, dan
harus ikut campur dalam pengawasan penyaluran kebijakan tersebut, agar
kebijakan tidak salah sasaran dan dapat berjalan sesuai dengan tujuan,
sedangkan di bidang pendidikan pemerintah bisa meningkatkan usia wajib belajar,
sehingga SDM generasi-generasi penurus bangsa akan semakin baik.
Soal.
1. Diskriminasi
gender tentang pendidikan sering terjadi dinegara ?
a. Berkembang
b. Maju
c. Pendapatan
perkapita rendah
d. Pendapatan
perkapita tinggi
e. Mengalami
Krisis moneter
Jawaban
: A
2. Manfaat
ekonomi yang diperoleh seseorang secara langsung adalah ?
a. Permintaan
turunan
b. System
pendidikan
c. System
pembangunan
d. Permintaan
pendidikan
e. Manfaat
pribadi
Jawaban
: E
3. Permintaan
atas tingkat pendidikan yang cukup tinggi bagi seseorang untuk memperoleh
pekerjaan sector modern tampaknya berkaitan atau ditentukan oleh
kombinasipengaruh oleh variabel-variabel tertentu yaitu ?
a. Selisih
upah dan probabilitas keberhasilan
b. Selisih
upah, probabilitas keberhasilan, biaya langsung pendidikan, biaya oportunitas
pendidikan
c. Tingkat
kenaikan kesempatan kerja, pemerintah, dan upah
d. Biaya
pendidikan menurun dan peluang usaha tinggi
e. Gaji
tinggi, lapangan kerja terbuka lebar, perkembangan ekonomi yang pesat dan
oportuniti pendidikan
Jawaban
: B
4. Fenomena
yang menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan tertentu mensyaratkan tingkat
pendidikan tertentu disebut ?
a. Manfaat
sosial pendidikan
b. Manfaat
pribadi
c. Sertifikasi
pendidikan
d. Permintaan
turunan
e. Pendidikan
dasar
Jawaban
: C
5. Biaya
yang ditanggung individu dan masyarakat dari keputusan pendidikan secara
pribadi adalah
a. Biaya
pribadi
b. Biaya
hidup
c. Biaya
pendidikan langsung
d. Biaya
sosial pendidikan
e. Oportuniti
pendidikan
Jawaban
: D
6. Alasan utama apakah yang menyebabkan migrasi
dilakukan dari desa ke
kota?
a. Ingin mendapat pengalaman baru
b. Tidak tersedianya fasilitas yang layak
c. Sudah bosan hidup di desa
d. Ingin memperoleh kehidupan yang lebih
baik lagi
e.
memperoleh kesengan hidup
Jawaban : D
7. Badan organisasi apakah yang mengurusi
masalah kesehatan dunia?
a. UNICEF
b. WHO
c. ILO
d.
DALY
e. UNAIDS
Jawaban : C
8. Kenapa korban penyakit lebih banyak di
negara berkembang disbanding
negara maju?
a. Tidak adanya
layanan kesehatan
b. Harga obat-obatan yang sangat mahal
c. Adanya ketimpangan pendapatan antar
masyarakat
d. Masalah teknis
e. Eksternalitas
Jawaban :
C
9. Di negara manakah penderita AIDS paling
parah...
a. Afrika
b. Australia
c. German
d. Prancis
e. America
Jawaban : A
10. Penyakit apakah yang menyebabkan kematian
sebelum didiagnosis...
a. HIV
b. AIDS
c. Trypanosomiasis
d. Malnutrisi
e. Malaria
Jawaban : E
ESAY
1.
Apa arti penting pendidikan dan kesehatan bagi pembangunan
ekonomi di
sebuah negara,? Jelaskan!
Jawab:
Pendidikan dan kesehatan
adalah tujuan pembangunan mendasar; Pendidikan
dan kesehatan masing-masing
juga memiliki arti yang penting. Kesehatan sangat penting artinya bagi kesehjateraan,
dan pendidikan bersifat esensial bagi kehidupan yang memuaskan dan berharga;
Keduanya sangat fundamental dalam kaitanya dengan gagasan yang lebih luas
mengenai peningkatan kapabilitas manusia sebagai makna pembangunan yang
sesungguhnya.
2. Mengapa pekerja anak menjadi masalah yang serius
bagi sebuah negara?
Jawab :
Jika seorang anak berusia di bawah 15 tahun bekerja,
sekolah mereka akan terganggu dan dalam hampir semua kasus bahkan tidak
bersekolah sama sekali. Keadaan itu
makin menggenaskan karena kesehatan anak-anak yang bekerja itu sangat buruk,
bahkan dalam status mereka yang miskin ternyata kesehatan mereka lebih buruk di
bandingkan dengan anak-anak miskin yang tidak bekerja, dan umumnya pertumbuhan
fisik mereka terhambat.